Membangun Kedaulatan Rakyat

 

Oleh M. Sarwani, wartawan Bisnis Indonesia 

Sumber: Bisnis Indonesia, Minggu, 03 Agustus 2008 

Perjuangan Adi Sasono membela wong cilik tidak pernah surut. Lewat buku terbarunya Rakyat Bangkit Bangun Martabat, dia mengingatkan tentang perlunya perubahan sosial untuk mencapai kedaulatan rakyat.

“Kini, yang diperlukan adalah perubahan sosial. Tentu saja, tidak akan ada perubahan sosial tanpa tindakan sosial. Sementara tindakan sosial tidak akan terwujud tanpa penyadaran. Penyadaran sosial inilah yang sesungguhnya menjadi tugas besar para pemimpin dan kaum terpelajar,” kata Adi Sasono dalam pengantarnya di buku tersebut.

Ajakan penulis buku tersebut mengingatkan kita akan sepak terjangnya pada masa lalu. Apa pun posisi Adi Sasono, dia ingin membangun kedaulatan rakyat melalui ekonomi kerakyatan, termasuk saat dia menjadi menteri koperasi pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie. 

Idenya tentang ekonomi kerakyatan sempat membuatnya mendapatkan julukan The Most Dangerous Man saat dia menjadi menteri koperasi karena mengusung isu tentang redistribusi aset untuk menyelamatkan bangsa. Label tersebut diberikan majalah Far Eastern Economic Review dalam edisi minggu pertama Desember 1998, sementara majalah The Economist dari Inggris menyebutnya Robin Hood van Java.

Menurut Adi Sasono, telah terjadi kesenjangan ekonomi antara warga keturunan yang memperoleh kekayaannya karena hubungan khusus dengan penguasa Orde Baru dan masyarakat sekitarnya.

Untuk itu, industri tekstil dan produk tekstil (TPT), misalnya, dapat menolong kesenjangan ini dengan redistribusi asetnya kepada pengusaha kecil dan koperasi. Hal ini juga untuk menyelamatkan aset bangsa, jangan sampai aset tersebut dihancurkan karena gejolak sosial.

Pria yang sudah lebih dari 27 tahun menghabiskan waktunya di lembaga swadaya masyarakat ini tetap konsisten mengusung ide ekonomi kerakyatan seperti ditulisnya di halaman 64 buku tersebut. Buku ini dibagi ke dalam tiga bab. Bab 1 membahas tentang Indonesia di tengah arus globalisasi. Bab 2 membahas ekonomi kerakyatan: solusi bagi kemakmuran dan kesejahteraan. Bab 3 tentang demokratisasi politik dan peluang penerapan ekonomi kerakyatan.

Sebelum masuk pada pembahasan apa itu ekonomi kerakyatan dan tahapan apa yang harus dilalui untuk mencapainya, Adi Sasono menyadarkan pembaca akan ancaman penjajahan kembali (rekolonisasi) yang membonceng dibalik isu globalisasi.

Menurut dia, globalisasi yang mengemuka dewasa ini merupakan hasil dari sistem dan proses pembangunan dunia internasional yang bertumpu pada strategi ‘satu memantapkan semua’ yang dijalankan kaum kapitalis dalam masyarakat internasional yang demikian heterogen (hal. 4).

Pemikiran Adi Sasono bisa dibilang sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni kapitalisme global yang mengisap negara-negara miskin. Dia berangkat dengan pemikiran teoretis dan melahirkan karya tulis dalam perspektif ekonomi politik tentang ketergantungan dan kemiskinan.

 Tentu saja diharapkan buku ini tidak memberikan kesadaran sesaat kepada bangsa tetapi secara bertahap dan sistematis membangun sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan yang memiliki karakteristik tidak bergantung pada sektor moneter, mempunyai muatan lokal yang tinggi, dan menghasilkan produk ekspor. (sarwani@bisnis. co.id)

 Judul :Rakyat Bangkit Bangun Bangsa , Penulis  : Adi Sasono, Penerbit :Pustaka Alvabet dan Dewan Koperasi Indonesi (Dekopin), Cetakan : I, Juli 2008,
Tebal : xii + 250 halaman, Pustaka Alvabet, Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat, Jakarta Selatan Indonesia 15411
Telp. +62 21 7494032,  Fax. +62 21 74704875, http://www.alvabet. co.id

Tinggalkan komentar